11/04/2009
RUMAH SADE, SEBUAH POTRET BUDAYA SASAK
Pembangunan Rumah Bahan pembuat rumah adat suku Sasak diantaranya kayu penyanggga, bambu, bedek untuk dinding, jerami dan alang-alang untuk atap, kotoran kerbau atau kuda sebagai bahan campuran pengeras lantai, getah pohon kayu banten dan bajur, abu jerami sebagai bahan pengeras lantai. Waktu pembangunan, biasanya berpedoman pada papan warige dari primbon tapel adam dan tajul muluk. Tidak semua orang mampu menentukan hari baik. Biasanya mereka bertanya kepada pimpinan adat. Orang Sasak meyakini waktu yang baik memulai membangun rumah adalah bulan ketiga dan keduabelas penanggalan Sasak yakni Rabiul Awal dan Dzulhijjah. Pantangan yang dihindari untuk membangun rumah adalah pada Muharram dan Ramadhan. Menurut kepercayaan, rumah yang dibangung pada bulan itu cenderung mengundang malapetaka, seperti penyakit, kebakaran, sulit rezeki dan lain-lain. Orang Sasak selektif dalam menentukan tempat pembangunan rumah. karena mereka meyakini tempat yang tidak tepat akan berakibat kurang baik, seperti i bekas perapian, bekas pembuangan sampah, bekas sumur, posisi tusuk sate (susur gubug). Orang Sasak tidak akan membangun rumah berlawanan arah dan ukurannya berbeda dengan rumah yang lebih dulu ada. Menurut mereka, melanggar konsep tersebut merupakan perbuatan melawan tabu (maliq lenget). Rumah adat Sasak pada atapnya berbentuk gunungan, menukik ke bawah dengan jarak sekitar 1,5-2 meter dari permukaan tanah (pondasi). Atap dan bubungannya (bungus) terbuat dari alang-alang, dinding dari bedek, hanya mempunyai satu ukuran kecil dan tidak ada jendela. Ruangannya (rong) dibagi menjadi inak bale (ruang induk) meliputi bale luar (ruang tidur) dan bale dalam berupa tempat menyimpan harta benda, ruang ibu melahirkan sekaligus disemayamkannya jenazah sebelum dimakamkan. Ruangan bale dalem dilengkapi amben, dapur dan sempare (tempat menyimpan makanan dan peralatan rumah tangga lainnya) terbuat dari bambu ukuran 2X2 meter persegi atau empat persegi panjang. Sempare diletakkan diatas, posisi menggantung di langit-langit atap. Ada sesangkok (ruang tamu) dan pintu masuk dengan sistem sorong (geser). Diantara bale luar dan bale dalem ada pintu dan tangga (tiga anak tangga) dan lantainya berupa campuran tanah dengan kotoran kerbau/kuda, getah dan abu jerami. Dalam membangun rumah, orang Sasak menyesuaikan kebutuhan keluarga maupun kelompoknya. Pembangunan tidak semata-mata untuk memenuhi kebutuhan keluarga tapi juga kebutuhan kelompok. Bangunan rumah dalam komplek perumahan Sasak terdiri dari berbagai macam diantaranya Bale Tani, Bale Jajar, Barugag/Sekepat, Sekenam, Bale Bonder, Bale Beleq Bencingah dan Bale Tajuk. Nama bangunan disesuaikan dengan fungsi masing-masing. Bale Tani adalah bangunan rumah untuk tempat tinggal masyarakat Sasak yang berprofesi sebagai petani. Bale Jajar merupakan bangunan rumah tinggal orang Sasak golongan ekonomi menengah keatas. Bentuk bale jajar hampir sama dengan bale tani, yang membedakan adalah jumlah dalem balenya. Barugaq/sekepat berbentuk segi empat sama sisi (bujur sangkar) tanpa dinding, penyangganya dari kayu, bambu dan alang-alang sebagai atapnya. Barugaq biasanya terdapat di depan samping kiri atau kanan bale jajar atau bale tani. Barugaq berfungsi tempat menerima tamu, karena menurut kebiasaan orang Sasak, tidak semua orang boleh masuk rumah. Barugaq juga digunakan pemilik rumah yang memiliki gadis untuk menerima pemuda yang datang midang (melamar/pacaran). Sedangkan sekenam bentuknya sama dengan barugaq, hanya sekenam mempunyai tiang sebanyak enam buah dan berada di bagian belakang rumah. Sekenam biasanya digunakan sebagai tempat kegiatan belajar mengajar tata krama, penanaman nilai-nilai budaya dan sebagai tempat pertemuan internal keluarga. Bale Bonder adalah bangunan tradisional Sasak yang umumnya dimiliki para pejabar desa, dusun/kampung. Bale bonder biasanya dibangun di tengah pemukiman atau di pusat pemerintahan desa/kampung. Bale bonder digunakan sebagai tempat pesangkepan/persidangan atas, seperti tempat penyelesaian masalah pelanggaran hukum adat dan sebagainya. Bale Beleq adalah satu sarana penting bagi sebuah kerajaan. Bale itu diperuntukkan sebagai tempat kegiatan besar kerajaan sehingga sering disebut juga "bencingah". Upacara kerajaan yang dilakukan di bale beleq adalah Pelantikan pejabat kerajaan, penobatan putra mahkota kerajaan, pengukuhan/penobatan para Kiai Penghulu (pendita) kerajaan, tempat penyimpanan benda-benda pusaka kerajaan seperti persenjataan dan benda pusaka lainnya seperti pustaka/dokumen kerajaan dan sebagainya. Bale Tajuk merupakan salah satu sarana pendukung bagi bangunan rumah tinggal yang memiliki keluarga besar. Bale Tajuk berbentuk segilima dengan tiang berjumlah lima buah dan biasanya berada di tengah lingkungan keluarga santana. Bale Gunung Rate biasanya dibangun oleh masyarakat yang tinggal di lereng pegunungan, bale balaq dibangun dengan tujuan menghindari bencana banjir. Oleh karena itu, biasanya berbentuk rumah panggung. Selain bangunan itu, ada bangunan pendukung yakni Sambi, Alang dan Lumbung. Sambi, tempat menyimpan hasil pertanian. Alang sama dengan lumbung berfungsi untuk menyimpan hasil pertanian , hanya alang bentuknya khas, beratapkan alang-alang dengan lengkungan 3/4 lingkaran namun lonjong dan ujungnya tajam ke atas.
Lumbung, tempat untuk menyimpan berbagai kebutuhan. Lumbung tidak sama dengan sambi dan alang sebab lumbung biasanya diletakkan di dalam rumah/kamar atau di tempat khusus diluar bangunan rumah. Nilai-nilai Jika diperhatikan, pembangunan rumah adat Suku Sasak sebenarnya mengandung nilai-nilai kearifan lokal. Kearifan itu berkembang dan berlanjut secara turun-temurun. Atap rumah tradisional Sasak didesain sangat rendah dengan pintu berukuran kecil, bertujuan agar tamu yang datang harus merunduk. Sikap merunduk merupakan sikap saling hormat menghormati dan saling menghargai antara tamu dengan tuan rumah. Arah dan ukuran yang sama rumah adar Suku Sasak menunjukkan bahwa masyarakat hidup harmonis. Sedangkan undak-undakan (tangga) tingkat tiga mempunyai pesan bahwa tingkat ketakwaan ilmu pengetahuan dan kekayaan tiap manusia tidak akan sama. Diharapkan semua manusia menyadari kekurangan dan kelebihan yang dimiliki, kareba semuanya merupakan rahmat Tuhan. Jadi, rumah merupakan ekspresi pemikiran paling nyata seorang individu atau kelompok dalam mengejwantahkan hubungan dengan sesama manusia (komunitas atau masyarakat), alam dan dengan Tuhan (keyakinan), seperti halnya konsep yang ada pada pembangunan rumah adat masyarakat Sasak. (*) Read More...
"LEZATNYA PECEL KHAS LOMBOK"
11/02/2009
SANTAPAN A'LA BALI DI SENGGIGI
Dari wisata kuliner tradisional Lombok, kami tak lupa menyantap masakan bercitarasa internasional atau dari daerah lainnya. Maka sembari menikmati romantisme matahari terbenam di Pura Batu Bolong Senggigi, kami jalan kaki menyusuri pantai ke arah Cafe Alberto.
Sebuah resto dan cafe yang memiliki outdoor setting. Di mana kursi-kursi dan meja-meja makan diletakkan di bibir pantai, seperti di Jimbaran Bay, Bali. Dilengkapi lilin yang berpendar lembut. Kami menikmati fruit punch sembari memandang langit jingga pelan-pelan berganti warna menjadi biru pekat dan gelap.
Resto ini memiliki sajian eccletic serta beberapa menu nasional dan menitikberatkan sajian pada pizza yang dimasak pakai oven berbahan bakar kayu. Pilihan kami jatuh pada paket bebek goreng dengan nasi.
Di kesempatan dinner lainnya, kami bertandang ke Lotus Restaurant. Sebuah tempat makan yang membuat kami selalu ingin datang kembali, setiap kali berkunjung ke Lombok. Dengan setting menghadap bibir pantai, interior resto ini senada dengan chain Lotus Restaurant yang ada di Ubud. Baik di kawasan Monkey Forest maupun Jalan Raya, yang berlokasi dekat Pura Saraswati.
Meja ditutup dengan ubin keramik bergambar teratai dan daunnya serta seekor kodok. Sementara wadah lilin dan vas bunganya melukiskan kelopak-kelopak teratai. Resto ini juga memiliki chain di Singapura.
Sebagai appetizer, favorit kami adalah cheese samosa. Bentuknya tak beda dengan samosa berbentuk segitiga. Tapi isinya keju yang langsung lumer di lidah begitu digigit. Hidangan ini disajikan dengan saos chutney plum. Terbuat dari buah plum segar dicincang, yang dimasak dengan cabe merah dan gula hingga menghasilkan saos bertekstur kasar.
Beranjak ke main course, kami memilih sirloin steak dengan saos mushroom. Kadang-kadang juga black pepper sirloin steak atau chicken cordon bleu. Bila tengah merindukan citarasa makanan lokal, opsi kami Ayam Betutu, Grilled Fish a'la Jimbaran atau Nasi Campur Bali.
Berangkat dari chain Lotus Restaurant yang bermarkas di Pulau Dewata, tak heran kalau sajian Nasional mereka juga khas Bali. Ayam Betutu sajian Lotus Restaurant Senggigi sudah mengalami modifikasi sedemikian rupa, hingga pedasnya tak begitu menyengat.
Cara penyajiannya, ayam ditempatkan dalam sebuah bowl bersama nasi putih dan lawar sayuran.
Sementara Grilled Fish a'la Jimbaran, tak lain seekor ikan kakap merah utuh yang dibakar sambil dibubuhi cabe giling, bawang putih, sedikit kecap manis dan mentega serta dikucuri jeruk nipis sebelum dihidangkan dalam piring datar model daun teratai. Padanannya nasi putih tabur bawang goreng, lawar sayuran serta sambal bajak.
Sedangkan Nasi Campur Bali nya tak banyak berbeda dengan nasi campur Bali pada umumnya. Berupa hidangan sepinggan [one dish meal] berisi nasi putih dilengkapi lawar sayuran, goreng tahu-tempe, kerupuk, sambal, kakap dimasak santan serta sate ayam -khusus ayam ini, juga modifikasi. Umumnya, satenya berupa Sate Pusut [sate ikan] dan masih ada tambahan item berupa sayatan-sayatan daging babi.
Hidangan serba sedap ini kami tutup dengan dessert Apfelstrudel. Apel bercitarasa asam yang ditumis bersama bubuk kayumanis, gula pasir dan kismis, lalu dibalut dengan adonan pastry serta dipanggang. Penyajiannya ditaburi bubuk gula halus, ditambah satu scoop es krim vanilla.
Read More...BERBURU KLEPON DI PULAU LOMBOK
SEDAPNYA RAWON DI PULAU LOMBOK
BERCENGKERAMA DENGAN MONYET DI GUNUNG PUSUK
Hujan baru saja berhenti. Sinar matahari pun kembali menyibak awan, menerobos ranting pohon tinggi di tepi jalan Gunung Pusuk. Sementara itu, monyet-monyet yang sebelumnya lari berlindung di rindangnya pepohonan ketika hujan, kembali bergelantungan di pepohonan. Monyet berbulu abu-abu itu kemudian tampak meloncat, bergerombol hampir di sepanjang jalan yang menghubungkan Kota Mataram dengan Kabupaten Lombok Utara maupun Lombok Barat. Jalan aspal berkelok yang membelah Gunung Pusuk merupakan jalan yang biasa digunakan wisatawan untuk menjangkau obyek wisata Pantai Medana, Pantai Sire, maupun Pantai Senggigi. Selain melalui Pusuk, untuk menjangkau sejumlah obyek wisata alam berpanorama indah itu, wisatawan juga bisa menyisir jalan dari Kota Mataram melalui "Kota Lama" Ampenan. Jarak tempuh dari Kota Mataram ke obyek wisata Pantai Senggigi sekitar 15 kilometer, sedangkan dari Kota Mataram ke Pusuk (Pusuk Pass) jaraknya juga hampir sama. Hanya saja, wisatawan yang menjangkau obyek wisata melalui Pusuk, lebih dekat jika ingin menikmati Pantai Sire, Pantai Medana di Lombok Utara sebelum menjangkau Pantai Senggigi yang berada di wilayah Lombok Barat. Bahkan, untuk menjangkau obyek wisata tiga gili (pulau kecil), masing-masing Gili Air, Gili Meno, dan Gili Trawangan, jalur melalui Pusuk lebih dianjurkan, karena lebih dekat. Untuk menyeberang ke gili tersebut telah tersedia dermaga penyeberangan di Pamenang. Sementara itu, Pusuk yang merupakan kawasan Hutan Rinjani sebenarnya merupakan perbukitan yang di dalamnya terdapat berbagai jenis vegetasi seperti kumbi, garu, mahoni, sonokeling, terep, piling dan tanaman lain. Banyaknya tanaman berukuran besar dan rindang menjadikan lokasi tersebut nyaman untuk hunian monyet. Monyet yang ada di hutan Pusuk adalah monyet ekor panjang (Macaca fascicularis). Dalam kesehariannya, menurut penuturan warga setempat, monyet-monyet di hutan Pusuk tidak hanya mencari makanan di dalam hutan, tapi banyak juga yang menyusuri jalan, mengharapkan pemberian pengunjung yang sengaja ingin bercengkerama di tempat itu. Para pengunjung sepertinya sudah hafal dengan kebiasaan monyet di tepian jalan Gunung Pusuk. Sebelum melintas, mereka biasanya membawa "oleh-oleh" seperti kacang, pisang, roti, atau bahkan jagung rebus. Monyet-monyet yang terlihat di tepi jalan sepertinya juga sudah mengerti jika ada pengunjung yang menepikan kendaraannya. Para pelancong itu biasanya akan memberi kacang atau makanan lainnya kepada monyet-monyet yang bergerombol di tepi jalan raya. Monyet-monyet tersebut akan segera berlari melongok melalui kaca mobil sambil berdiri dan mendekat. Para wisatawan pun tampak tidak canggung-canggung. Mereka lalu membuka pintu mobil dan memberikan "oleh-oleh" kepada monyet yang berjejer mendekat. Meski monyet tersebut hidup liar di alam bebas, monyet-monyet itu tidak "nakal", tidak mengganggu pengunjung. Mereka hanya akan berlarian, menyeringai, dan berebut makanan. Kesempatan seperti itulah yang banyak diabadikan wisatawan dengan kamera. "Sangat asyik. Di ketinggian berudara sejuk, kita bisa memberi makan monyet sambil mengabadikan polah tingkahnya," kata Indra Darmawan, wisatawan dari Surabaya.
Populasi Masyarakat di daerah Pusuk mengemukakan, mereka tidak mengetahui asal mula keberadaan monyet-monyet penghuni Gunung Pusuk tersebut. Mereka pun tidak mengetahui jumlah populasi monyet di Pusuk yang berarti puncak tersebut. Rahman (55), seorang penjual minuman dan makanan ringan di kawasan Pusuk misalnya, dia hanya mengetahui jika monyet yang kini beranak-pinak di hutan Pusuk sudah ada sejak nenek moyang mereka. Jumlahnya pun tidak diketahui secara pasti. Masyarakat selama ini hanya memperkirakan populasinya mencapai ratusan ekor. Mereka biasa keluar di tepi jalan secara bergerombol antara 20-30 ekor di sejumlah titik. Masing-masing kelompok kera memiliki semacam daerah kekuasaan yang mencapai 100-200 meter. Karena itu, jika ada makanan pemberian pengunjung jatuh ke daerah kekuasaan koloni lainnya, mereka akan berkelahi. Pemenangnya berhak atas makanan tersebut. Untuk berinteraksi dan bercengkerama dengan monyet, Rahman memberikan sejumlah tips, di antaranya pengunjung jangan memberikan makanan dengan sistem tarik ulur, karena monyet akan menyergap ke tangan pemberinya. Selain itu, tidak mengganggu anak-anak monyet, karena monyet bisa marah dan menyerang. "Kalau memberi makan, jangan memandang mukanya, karena monyet akan menunjukkan taringnya, pertanda marah," katanya. Keberadaan monyet-monyet itu menjadi atraksi wisata yang diminati wisatawan sejak dulu. Banyak wisatawan rela meluangkan waktunya berlama-lama untuk bercengkerama dengan monyet. "Tidak hanya wisatawan domestik, wisatawan asing pun banyak yang menyukai atraksi itu," kata staf Humas Pemkab Lombok Barat Chandra menambahkan. (*) Keterangan Foto: Para wisatawan yang berkunjung ke Gunung Pusuk sangat suka bercengkerama dengan monyet di kawasan Pusuk Pass karena perilakuknya yang terkadang menggemaskan. Read More...10/31/2009
PANTAI KUTA DI PULAU LOMBOK
3 GILI yaitu : ( Gili Air, Gili Meno, Gili Trawangan )
3 Gili yang terdapat di Lombok adalah pulau kecil yang terdapat di sebelah utara kota Mataram. ada keunikan di ketiga pulau ini yaitu tidak terdapat kendaraan bermotor seperti motor atau mobil. alat transportasi yang berlaku disana adalah sepeda dan cidomo. cidomo merupakan sebuah grobak kayu yang ditarik oleh kuda atau yang lebih dikenal dengan nama delman atau andong. masing-masing dari ketiga gili memiliki ciri khas masing-masing.
Gili Air Gili air merupakan pulau yang tenang dan sunyi maka tidak heran tempat ini merupakan tempat yang sering dikunjungi oleh misatawan yang ingin mencari suasana yang tenang. Karena pantai dan lautnya yang begitu indah, gili meno merupakan tempat yang bagus untuk menyelam. Pantai dengan pasir putih, pohon nyiur yang melambai, dan suasana yang relax menciptakan suasana yang tenang dan damai di pulau kecil. Tidak ada suara bising motor atau mobil karena tidak diperbolehkan, transportasi yang disediakan hanya cidomo (dokar) dan sepeda. Banyak tersedia bungalow yang indah diseluruh pulau. Dari pantai sebelah timur pulau anda bisa menyaksikan matahari terbit dari balik gunung Rinjani (3726m) di pulau Lombok. Dari sebelah barat anda bisa menikmati matahari terbenam dibalik Gunung Agung di Bali, Jangan lewatkan panorama ini.
Gili Meno Gili Meno adalah gili yang berada di tengah-tengah, yaitu diantara Gili Trawangan dan Gili Air. Dari ketiga Gili, Gili Meno adalah gili yang terkecil dan yang gili yang paling sedikit dikunjungi oleh wisatawan. Gili ini tidak seperti dua gili lainnya yang lebih dulu berkembangdan merupakan gili yang paling tenang. Yang menjadi daya tarik dari Gili Meno adalah adanya taman burung yang mempunyai koleksi macam-macam burung dari Indonesia maupun dari luar negeri. Selain itu di gili ini juga terdapat Danau air asin dan beberapa tempat untuk diving yang terkenal seperti Meno Wall, Sea Turtle Point dan Blue Coral Point.
Gili Trawangan >Gili Trawangan adalah Gili (yang artinya adalah Pulau) yang paling ramai penduduk dan pengunjungnya serta berukuran paling besar (panjang 3 km dan lebar 2 km). Trawangan berpopulasi sekitar 800 jiwa. Di antara ketiga gili tersebut, Trawangan punya nuansa "pesta" lebih daripada Gili Meno dan Gili Air, karena banyaknya pesta sepanjang malam yang setiap malamnya dirotasi acaranya oleh beberapa tempat keramaian. Aktivitas yang populer dilakukan para wisatawan di Trawangan adalah scuba diving (dengan sertifikasi PADI), snorkeling (di pantai sebelah timur laut), bermain kayak, dan berselancar. Ada juga beberapa tempat bagi para wisatawan belajar berkuda mengelilingi pulau. Di Gili Trawangan (begitu juga di dua gili yang lain), tidak terdapat kendaraan bermotor, karena tidak diizinkan oleh aturan lokal. Sarana transportasi yang lazim adalah sepeda (disewakan oleh masyarakat setempat untuk para wisatawan) dan cidomo, kereta kuda sederhana yang umum dijumpai di Lombok. Untuk bepergian ke dan dari ketiga gili itu, penduduk biasanya menggunakan kapal bermotor dan speedboat.
Read More...SENDANG GILE
Lokasi air terjun yang berada di kawasan Rinjani ini dinamakan Sendang Gila (baca gile), karena menurut cerita, penduduk setempat secara tidak sengaja menemukan air terjun ini kala memburu singa gila yang mengacau di sebuah kampung dan kemudian lari masuk ke hutan. Lokasi wisata yang lebih banyak dikunjungi oleh wisatawan domestik ini memiliki ketinggian kurang lebih 31 meter. Air terjun ini muncul dari atas tebing dan jatuh ke sungai yang ada di bawahnya. Dasarnya relatif datar, sehingga banyak orang yang mandi di bawah air terjun. Ada lokasi air terjun lain di lokasi ini yang bernama Tiu Kelep. Namun karena jarak tempuh dari Sendang Gile memakan waktu (1 jam) dan kondisi jalan yang kurang baik, para wisatawan biasanya lebih memilih cukup mengunjungi air terjun ini. Terletak di ketinggian 600m di atas permukaan laut, air terjun ini menawarkan suasana relaks dan damai. Bagi wisatawan yang jenuh dengan hingar-bingar kota, ada baiknya untuk singgah di lokasi wisata ini. Sentuhan alamnya yang tergolong jauh dari nuansa perkotaan, panorama asri dan menawan, serta udaranya yang segar, mampu membawa anda ke dunia yang dapat menghilangkan kepenatan di kepala. Selain itu, ada hal menarik lainnya yang membuat lokasi ini berbeda. Para penduduk setempat mempercayai bahwa air pada lokasi ini memiliki unsur magis yang bisa membuat seseorang menjadi lebih muda satu tahun dari usianya.